Rabu, 22 Februari 2012

Biografi Fukuzawa Yukichi - MuhammadIqbalNulHakim

Fukuzawa Yukichi lahir di Osaka, 10 Januari 1835. beliau meninggal di Tokyo, Februari 1901 pada umur 66 tahun. Beliau adalah penulis Jepang, ahli rangaku sekaligus samurai Domain Nakatsu, penerjemah, pengusaha, dan pengajar yang mendirikan Universitas Keio. Ia dua kali diberangkatkan ke Amerika Serikat sebagai anggota delegasi Jepang, dan melakukan perjalanan ke Eropa, setahun sebelum Restorasi Meiji (1868). Fukuzawa menerbitkan banyak sekali buku dan artikel, di antaranya Gakumon no Susume (Dorongan untuk Belajar) (1872-1876) dan Bunmeiron no Gairyaku (Garis Besar Teori Peradaban) (1875). Kalimat pembuka Gakumon no Susume dikenal anak-anak sekolah di Jepang, "Langit tidak menciptakan seseorang dengan harkat di atas atau di bawah orang lainnya." Sebagian besar tulisannya diterbitkan oleh penerbit universitas atau surat kabar Jinji Shimpo yang didirikannya pada tahun 1882. Ia juga menulis berbagai esai dan satire mengenai isu-isu kontemporer di bidang politik, hubungan internasional, masalah ekonomi dan keuangan, kebijakan pendidikan, persamaan hak wanita, dan moralitas. Prinsip utama baginya dalam dirangkum dalam satu kata, yakni kemerdekaan. Ia percaya bahwa kemerdekaan pribadi dan kemerdekaan negara adalah landasan sesungguhnya bagi masyarakat modern di Barat. Dalam mencapai kebebasan pribadi, Fukuzawa lebih mengutamakan metode ilmiah dan praktis dari Barat daripada studi tradisional Cina klasik. Semakin banyak orang-orang berpendidikan, maka kebebasan nasional makin tertanam, dan kebajikan publik serta moralitas sosial meningkat dengan sendirinya. Ia adalah salah seorang anggota pendiri kelompok intelektual Meirokusha, dan ketua pertama Tokyo Academy. Ide-idenya tentang pemerintah dan lembaga-lembaga sosial memengaruhi modernisasi Jepang dalam zaman Meiji. Ia dianggap sebagai salah seorang pendiri Jepang modern. Sejak tahun 1984, lukisan potretnya menghiasi uang kertas pecahan terbesar di Jepang, 10.000 yen.

Fukuzawa Yukichi dilahirkan sebagai putra kedua (anak bungsu dari 5 bersaudara) pada 10 Januari tahun 1835 di Dojimahama (sekarang Hotarumachi, Fukushima-ku), Osaka. Ayahnya bernama Fukuzawa Hyakusuke, samurai berpangkat rendah klan Okudaira di Kyushu, dan ibunya bernama Ojun. Tempat kelahirannya adalah bangunan pergudangan milik Domain Nakatsu (Provinsi Buzen) di Osaka yang waktu itu merupakan pusat perdagangan Jepang. Jabatan ayahnya adalah bendaharawan kelas rendah di kantor gudang Domain Nakatsu di Osaka. Ketika ia lahir, ayahnya yang juga cendekiawan Konfusius sedang bergembira karena beruntung mendapatkan 60 jilid buku Shang Yu Tiao Li (lafal bahasa Jepang: Jōyu Jōrei. 上諭条例, Undang-undang Dinasti Qing pada masa pemerintahan Kaisar Qianlong) yang sudah lama diidamkannya. Salah satu aksara kanji dari buku tersebut, Yu (諭) digunakan sebagai nama bayinya yang baru lahir. Ayahnya meninggal dunia pada tahun 1836 ketika Yukichi masih berusia 1 tahun 6 bulan. Ibunya lalu kembali ke Nakatsu dengan membawa serta lima anak (dua laki-laki dan tiga perempuan). Keluarganya hidup dalam kemiskinan karena uang pensiun ayahnya tidak mencukupi. Peran sebagai kepala keluarga digantikan oleh kakak laki-lakinya. Penghasilan ditambah dengan bekerja serabutan di rumah. Keluarganya tidak memiliki uang untuk memasukkannya ke sekolah. Yukichi sendiri bekerja membetulkan sandal, shōji, atap bocor, dan segala macam pekerjaan pertukangan. Sejak kecil ia senang minum sake, namun tidak bisa berenang dan memanjat pohon. Ia dijadikan anak angkat oleh pamannya, sehingga pernah memakai nama Nakamura Yukichi.

Tokoh seperti Fukuzawa Yukichi ini di Indonesia mungkin bisa disetarakan dengan Ki Hajar Dewantoro yang mendirikan “Taman Siswa” dan mendapat gelar bapak Pendidikan Nasional. Sayangnya pemikiran pemikiran Ki Hajar Dewantoro kelihatannya tidak berbekas di hati masyarakat Indonesia dan para peminpin bangsa kita, sehingga mutu pendidikan nasoinal kita masih tetap ketinggalan. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum bisa menikmati bangku sekolah, para guru banyak yang mogok mengajar karena gaji kecil, anggaran pendidikan masih jauh dari standard dan berbagai masalah yang rumit yang dihadapi dunia pendidikan kita. Jangan harap kita mampu mengejar ketinggalan dari negara lain kalau masalah pendidikan di Indonesia belum beres.

Salah satu buku Fukuzawa Yukichi yang sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia adalah Gokumon No Susume. Edisi Indonesianya, Jepang di antara Feodalisme dan Modernisme. Terj. Gokumon No Susume dari terj. Bahasa Inggris, Encouragement of Learning. Fukuzawa Yukichi. Pantja Simpati. 1985.
Ia masuk rumah sakit karena perdarahan intrakranial pada 26 September 1898. Setelah sempat pulih, ia kembali jatuh sakit pada 25 Januari 1901. Fukuzawa Yukichi meninggal dunia dalam usia 66 tahun di rumah kediamannya di kampus Mita Keio Gijuku, 3 Februari 1901. Sebuah monumen peringatan didirikan di tempat bekas rumah kediaman Fukuzawa Yukichi. Ia meninggalkan 9 orang anak (4 laki-laki dan 5 perempuan). Putra pertama Ichitarō lahir 22 November 1863) diikuti putra kedua, Sutejirō pada 9 November 1865. Anak ke-8 dan anak ke-9 (keduanya laki-laki) masing-masing lahir pada 14 Juli 1881 dan 24 Juli 1883. Makamnya berada di Hongan-ji, Desa Osaki Prefektur Tokyo sebelum dipindahkan pada tahun 1977 ke Zenpuku-ji, Azabu, Tokyo. Peringatan hari meninggalnya setiap 3 Februari disebut Yukichi-ki. Pada hari itu, staf Universitas Keio beramai-ramai melakukan ziarah ke makamnya.


Sumber : http://londaraaceh.blogspot.com/2009/10/tokoh-pendidikan-dunia.html, http://refleksibudi.wordpress.com/2008/10/06/teori-peradaban-fukuzawa-yukichi/, http://id.wikipedia.org/wiki/Fukuzawa_Yukichi

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More