Senin, 24 Oktober 2011

Reza wahyu


Diary of Amos Lee: Hasil Renungan Nongkrong di WC

Sinopsis
Baru ini yang mewakili anak di Asia Tenggara.
Amos yang punya Ibu seorang penulis lepas dipaksa ibunya untuk memanfaatkan waktu di WC untuk berlatih menulis.
Jadi deh Amos menulis tentang kehidupannya. Buku ini menggambarkan kehidupan sehari-hari anak di Singapura. Amos menceritakan semuanya, dari keikutsertaaannya dalam Parade Hari Nasional, sampai pentingnya alas kaki paling enak yang terbuat dari karet, dan ringan sekali, namanya sandal jepit.

Buku The Diary of Amos Lee, Hasil Renungan Nongkrong di WC menceritakan tentang anak berusia 9 tahun yang awalnya dipaksa menulis tentang apa pun saat ia sedang melakukan “urusannya” di kamar kecil.

Berawal dari keterpaksaan, lama-lama Amos jadi terbiasa menulis. Di sinilah berbagai keseruan terjadi. Misalnya, seringkali Amos salah menulis sebuah kata, maka ibu Amos akan mengoreksi ejaan/istilah yang harus digunakan untuk sebuah kata. Berkat belajar dari kesalahan, Amos jadi rajin melakukan riset terlebih dahulu, dengan begitu Amos jadi tahu lebih banyak hal.

Menuliskan perasaannya di diary, Amos belajar berempati terhadap orang lain.

Amos bercerita tentang seorang senior di sekolahnya yang terus menerus mengganggunya, tapi belakangan diketahui bahwa senior itu memiliki latar belakang keluarga yang menyedihkan. Amos kemudian bermain dengan perasaannya sendiri, bagaimana seandainya ia yang berada di posisi si senior itu.

Penulis: Adeline Foo
Penerjemah: Tessa Febiani
Editor: Fita Riyadi

Penerbit: Buah Hati
Tebal/Ukuran: 140 halaman/ 14 x 21.5 cm
Harga: Rp28.000

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More